Minggu, 13 Maret 2011

Sejarah Templar

Templar didirikan oleh Hugh de Payens, seorang ksatria Perang Salib Pertama, bersama dengan 9 orang ksatria lainnya, pada sekitar tahun 1119. Mereka tetap tinggal di Tanah Suci seusai perang untuk mengawal para peziarah yang datang dari Jaffa ke Yerusalem.
Nama mereka merujuk kepada markas besar mereka yang historis, yaitu Bait Suci Yerusalem di Gunung Bait Suci. Apa yang dikira kaum Templar sebagai Bait Suci Yahudi di Yerusalem sesungguhnya adalah Masjid al-Aqsa, sebuah tempat suci Islam di puncak Bukit Moria, yang mereka ganti namanya menjadi Templum Domini (Bait Suci Tuhan). Puncak ini suci bagi orang Yahudi dan Kristen dan dikenal sebagai Gunung Bait Suci, namun bagi orang Muslim dikenal sebagai Al-Haram ash-Sharif (tempat perlindungan kudus). Templum Domini menjadi model bagi gereja-gereja Templar di kemudian hari di Eropa, seperti misalnya Gereja Temple di London, dan ditampilkan pada beberapa Segel Templar.
Selain di Palestina, ordo ini berperang di Reconquista Spanyol dan Portugal, yaitu perebutan kembali Spanyol dan Portugal dari tangan kekuasaan Islam. Markas besar kaum Templar di Tomar, Portugal adalah Convento de Cristo. Mereka diberikan tanah yang luas dan kastil di daerah yang masih kosong. Pada suatu saat, mereka mewarisi kerajaan Aragon, bersama-sama dengan ordo-ordo militer lainnya. Para Ksatria Templar dapat dikenali melalui mantel luar putih mereka, dengan salib merah yang menonjol yang ditempatkan di atas jantung atau di dada, seperti yang dapat dilihat dalam banyak gambar tentang para perwira Salib.

Perbankan

Hampir secara kebetulan kaum Templar terjun ke dunia perbankan. Ketika orang-orang bergabung dengan ordo ini, sering mereka menyumbangkan uang dalam jumlah besar atau harta milik lainnya kepada ordo ini karena semua harus mengambil sumpah kemiskinan. Ditambah dengan bantuan besar-besaran dari Paus, kekuatan finansial mereka sudah terjamin sejak awal. Karena kaum Templar menyimpan uang tunai di kantor-kantor cabang dan greja-gereja mereka, wajarlah bila pada 1135 Ordo ini mulai meminjamkan uang kepada para peziarah Spanyol yang ingin berkunjung ke Tanah suci. Keterlibatan para Ksatria ini dalam perbankan berkembang di kemudian hari menjadi basis yang baru bagi uang, karena kaum Templar semakin terlibat dalam kegiatan perbankan. Salah satu petunjuk dari koneksi politik mereka yang kuat ialah bahwa keterlibatan kaum Templar dengan riba tidak menimbulkan pertikaian di kalangan Ordo itu maupun Gereja pada umumnya. Tuduhan ini biasanya dihindarkan, dengan dikeluarkannya peraturan bahwa kaum Templar mempunyai hak atas produksi harta milik yang digadaikan.
Koneksi politik kaum Templar dan kesadaran akan sifat komersial dan urban dari komunitas seberang lautan sudah barang tentu menyebabkan Ordo ini memperoleh posisi kekuatan yang penting, baik di Eropa maupun di Tanah Suci. Sukses mereka membangkitkan keprihatinan di kalangan banyak ordo lainnya dan belakangan juga di kalangan kaum bangsawan dan raja-raja Eropa pula, yang pada saat itu berusaha memonopoli kekuasaan atas uang dan perbankan setelah masa kacau yang panjang di mana masyarakat sipil, khususnya Gereja dan ordo awamnya, telah mendominasi aktivitas finansial. Harta milik kaum Templar meluas di Eropa maupun di Timur Tengah, termasuk untuk beberapa waktu di seluruh Pulau Siprus.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Themes | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons